Minggu, 20 Mei 2012

Neuro Linguistic Programming


Neuro-Linguistic Programming (NLP) adalah model komunikasi interpersonal dan merupakan pendekatan alternatif terhadap psikoterapi yang didasarkan kepada pembelajaran subyektif mengenai bahasa, komunikasi, dan perubahan personal. NLP dikembangkan dari hasil jerih payah beberapa orang. Diawali oleh Richard Bandler dan John Grinder, Beberapa orang yang menjadi catatan pengembangan NLP adalah David Gordon, Leslie Cameron-Bandler, Steve and Connirae Andreas, Robert Dilts, dan masih banyak lagi. Studi mereka dimulai pada awal tahun 1970 dan sampai sekarang masih terus berlanjut dengan banyak perkembangan. Dengan teknik NLP membuat para terapis jauh lebih efektif membantu kliennya dalam melakukan perubahan yang ada dalam dirinya. Semula pembahasan lebih terpusat pada berbagai “hal beda yang dapat membuat perbedaan” antara individu “unggul” dengan individu “rata-rata”. Guna memahami lebih lanjut akan perbedaan tersebut, mereka melakukan serangkaian pemodelan pada berbagai aspek dari individu “unggul”, seperti berbagai prilaku dalam menerima serta menyikapi lingkungan sekitar. Hal itu berujung pada pemahaman mengenai mekanisme kerja pikiran. Sehingga NLP berisikan berbagai presuposisi mengenai mekanisme kerja pikiran dan berbagai cara individu dalam berinteraksi dengan lingkungan dan antar sesamanya, disertai dengan seperangkat metode untuk melakukan perubahan.

Secara semantik, Neuro dapat diartikan sebagai berbagai mekanisme yang dilakukan individu dalam menginterpretasikan informasi yang didapat melalui panca indra dan berbagai mekanisme pemprosesan selanjutnya di pikiran. Linguistic ditujukan untuk menjelaskan pengaruh bahasa yang digunakan pada diri maupun pada individu lain yang kemudian membentuk pengalaman individu akan lingkungan. Programming dapat diartikan sebagai berbagai mekanisme yang dapat dilakukan untuk melatih diri seorang individu (dan individu lain) dalam berpikir, bertindak dan berbicara dengan cara baru yang lebih positif. Walaupun pikiran individu telah memiliki program “alaminya”, yang didapat baik melalui pewarisan secara genetis maupun melalui berbagai pengalaman, individu tetap dapat melakukan peprograman ulang sehingga dapat bertindak lebih efektif.
NLP semula dikembangkan sebagai salah satu perangkat psychotherapeutic. Namun kemudian memperoleh kredibilitas ketika diaplikasikan pada berbagai bidang, seperti bisnis, komunikasi dan lainnya. NLP juga sangat bermanfaat ketika digunakan pada pengembangan pribadi maupun pada proses belajar dan mengajar yang efektif.
Persepsi Sensorik
Setiap individu memahami berbagai pengalaman melalui panca indra atau dalam terminologi NLP dikenal sebagai VAKOG (Visual, Auditory, Kinesthetic, Olfactory dan Gustatory). Setelah berusia dua belas tahun, umumnya individu memiliki preferensi dari kelima jalur informasi tersebut, umumnya di antara tiga jalur berikut; Visual, Auditory atau Kinesthetic. Pemilihan jalur tersebut juga tergantung pada material yang dipelajari individu. Seorang musisi lebih cenderung menggunakan jalur pendengaran dibandingkan dua jalur yang lain. Pemahaman akan hal ini sangat penting dimiliki oleh para pendidik karena menentukan efektifitas proses pembelajaran.
Otak manusia juga menggunakan metode kerja dari kelima jalur informasi tersebut dalam memproses dan mengambil kembali berbagai informasi yang telah dipelajari. Individu umumnya mampu memvisualisasikan, berbicara dengan dirinya sendiri, merasakan (secara fisik atau emosional), membedakan berbagai rasa, membedakan berbagai aroma dan masih banyak lagi. Setiap individu memiliki preferensi yang berbeda saat memproses informasi dan menindaklanjuti hasil pemikirannya dalam bentuk tindakan atau eksperesi. Perbedaan ini dapat dengan jelas anda perhatikan salah satunya melalui bahasa sensorik (sensory language) yang digunakan, seperti; “Masalah itu terasa seperti beban yang sangat berat di pundak saya.” (Kinesthetic) “Dapatkah anda membayangkan apa yang sedang saya bicarakan?” (Visual) “Hal tersebut terdengar tidak asing bagi saya.” (Auditory)
Ketika individu menyelaraskan bahasa sensorik yang digunakan dengan lawan bicaranya, individu tersebut segera mendapatkan komunikasi yang dipersepsikan lebih efektif daripada komunikasi normal. Hal ini bisa terjadi secara otomatis pada individu yang telah terbiasa bergaya persuasif ataupun vokal dalam memengaruhi lawan bicara.
Gerakan bola mata juga mengindikasikan mekanisme yang sedang terjadi di pikiran individu. Berikut gerakan bola mata dan proses internal yang terjadi di pikiran:
Gerakan Bola Mata
Proses Internal
Atas kanan (Vc)
Membayangkan suatu gambar
Atas kiri (Vr)
Mengingat suatu gambar
Datar kanan (Ac)
Membayangkan suatu suara
Datar kiri (Ar)
Mengingat suatu suara
Bawah kanan (k)
Merasakan suatu rasa
Bawah kiri (Ad)
Dialog internal
Presuposisi
NLP memberikan seperangkat presuposisi bagi individu agar dapat berfungsi secara “normal”. Individu tidak perlu meyakini setiap presuposisi ini, namun individu menjadi lebih efektif jika mengaplikasikannya seolah semua presuposisi berikut benar.
  1. Tubuh dan pikiran terhubung satu sama lain
    Proses berpikir dapat memengaruhi kondisi fisik. Demikian pula sebaliknya, kondisi fisik dapat memengaruhi cara berpikir.
  2. Peta bukanlah “area” sebenarnya
    Setiap individu memiliki model dunia di dalam pikirannya. Namun tidak satupun dari berbagai model tersebut yang benar-benar akurat dalam merepresentasikan area yang sebenarnya.
  3. Peta dapat menjadi “area”
    Ketika individu benar-benar menyakini model dunia di pikirannya, segera model tersebut berubah menjadi kenyataan bagi dirinya. Berbagai sumber daya dan batasan yang ada pada model tersebut, segera menjadi nyata baginya.
  4. Komunikasi dapat terjadi pada kondisi sadar dan kondisi bawah sadar.
    Komunikasi sadar terjadi misalnya saat berbicara dengan lawan bicara, sementara komunikasi bawah sadar terjadi misalnya saat individu terbangun dari tidur dan segera mendapati jawaban atas masalah yang sedang dihadapi.
  5. Komunikasi dapat dilakukan secara verbal dan non-verbal.
    Bahkan sebenarnya komunikasi non-verbal lebih menentukan efektifitas suatu komunikasi dibandingkan komunikasi verbal.
  6. Semua hal yang dilakukan individu memiliki maksud positif
    Setiap hal yang dilakukan memiliki sedikitnya satu nilai positif/kegunaan (walaupun di mata orang lain hal ini tidak selalu positif)
  7. Tidak ada kegagalan, yang ada hanya umpan balik
    Setiap tindakan individu pasti mendatangkan hasil. Apakah hasilnya sesuai dengan harapannya atau tidak, tetap membawa pesan bagi individu tersebut.
  8. Arti suatu komunikasi yang sebenarnya adalah respon yang didapatkan.
    Hal ini berarti apa pun maksud yang ingin disampaikan, respon yang individu dapat menyiratkan arti sebenarnya dari komunikasi yang anda lakukan.

Empat Pilar Utama NLP

NLP memiliki empat pilar utama. Adapun keempat pilar tersebut adalah:
  1. Hasil (Outcome)
    Sebelum memulai suatu komunikasi, terlebih dahulu individu perlu mengenali hasil akhir yang diinginkan. Pemahaman sepenuhnya atas hasil yang ingin didapatkan sangat membantu proses pencapaian. Ketika individu benar-benar memahami hasil akhir dari komunikasi yang dilakukan, maka dirinya dapat dengan mudah mengarahkan seluruh komunikasi ke hasil akhir tersebut. Selain itu, pemahaman individu atas hasil akhir juga membantu dalam mengidentifikasi efektifitas suatu komunikasi, apakah semakin mendekatkan atau menjauhkan dari hasil yang diinginkan.
  2. Rapport
    Rapport merupakan inti dari komunikasi yang efektif. Salah satu cara untuk membangun rapport adalah dengan mengikuti (pacing) lawan bicara, contohnya dengan menyamakan bahasa tubuh, laju nafas dan lainnya. Hal ini didasari karena setiap individu hanya menyukai individu yang serupa.
  3. Akuitas Sensorik (Sensory Acuity)
    Akuitas sensorik adalah kemampuan menggunakan panca indra untuk mengamati individu lain secara cermat tanpa asumsi ataupun penilaian tertentu sebelumnya sehingga individu dapat memberikan respon dengan rapport yang maksimal.
  4. Fleksibilitas (Flexibility)
    Guna mencapai hasil akhir yang diinginkan, individu membutuhkan fleksibilitas. Hal ini disebabkan karena kadang-kadang metode komunikasi yang digunakan tidak bekerja sesuai yang diharapkan. Sehingga, untuk tetap mencapai hasil akhir yang diinginkan, individu perlu mengganti strategi komunikasinya. Dengan memiliki fleksibilitas dalam berkomunikasi, kemungkinan mencapai hasil akhir semakin besar.
Bahasa
Terdapat hubungan yang erat antara bahasa yang digunakan dengan cara individu berpikir (yang pada akhirnya memengaruhi cara bertindak). Individu dapat memahami lebih lanjut mengenai individu lain (termasuk dirinya sendiri) jika individu benar-benar memahami bahasa yang digunakan, seperti bahasa sensorik ataupun metafora.
Memberikan label kepada seseorang cenderung membuat individu bereaksi sesuai dengan label yang ia berikan. Ketika individu mengatakan seseorang sebagai pembohong, individu tersebut mendefinisikan individu lain dalam hubungannya dengan salah satu aspek dari perilakunya. .
Unsur dalam NLP
Reframing adalah membuat sudut pandang baru atas suatu pengalaman. Individu dapat mengubah cara berpikir mengenai suatu hal dengan mengubah bahasa yang digunakan. Mengganti penyebutan dari “masalah” menjadi “tantangan” adalah salah satu contohnya. Hal itu tidak akan mengubah situasi, namun dapat mengubah cara bersikap sehingga setelahnya mengubah cara dalam berprilaku.
Individu lebih mudah mendapatkan solusi ketika mengubah posisinya, karena perubahan posisi dapat mengubah persepsi. Ketika individu berada pada suatu konflik, usahakan agar dapat memposisikan diri pada individu lain, membayangkan jalan pikirannya berkenaan dengan masalah tersebut. Sehingga individu bersangkutan mendapatkan pemahaman baru. Individu pun dapat pula mengubah posisinya pada berbagai macam kemungkinan lainnya. .
Model atas suatu pengalaman yang dibuat oleh individu tidak sama dengan pengalaman yang sebenarnya. Kerancuan model pada akhirnya mengarah pada kerancuan cara bertindak. Guna mencegah hal tersebut, individu perlu mendapatkan model presisi (precision modelling). Model presisi memungkinan individu membentuk meta-model (meta = di atas, model atas model itu sendiri) sehingga individu mendapatkan model yang berbeda dari model yang sebelumnya. Hal ini memungkinkan individu untuk kemudian memilih model yang disukai di antara model yang tersedia. Pemodelan presisi mengidentifikasi berbagai cara bahasa dalam membatasi suatu pengalaman. Beberapa contoh dari pemodelan presisi dapat diberikan sebagai berikut:
  • Penghapusan (Deletions)
    Contoh: Saya tidak mengerti — Apa yang secara spesifik tidak anda mengerti?
  • Universal quantifiers (selalu, semua, setiap dan lainnya)
    Contoh: Setiap orang membenci saya — Setiap orang? Setiap orang di bumi?
  • Comparative deletions
    Contoh: Saya ingin menjadi seorang yang lebih baik — Lebih baik dari apa?
    dan masih banyak lagi lainnya
Juga penting bagi individu untuk benar-benar spesifik dalam menentukan tujuan. Gunakan kata-kata yang positif untuk menggambarkan secara spesifik berbagai hal yang diinginkan (dibandingkan dengan hal yang ingin dihindari).
Metaprograms
Metaprograms merupakan program yang telah ada (built-in) yang memengaruhi setiap tindakan individu. Sedikitnya saat ini telah dapat diidentifikasi sebanyak 64 metaprogram dan tentunya masih banyak lagi yang belum teridentifikasi. Berikut disajikan beberapa contohnya:
  • Berpikir dahulu atau bertindak dahulu?
  • Menilai pencapaian menggunakan standar diri atau berdasarkan pujian atau hinaan orang lain?
  • Menginginkan semua hal untuk sama atau mudah terstimulasi oleh berbagai hal baru dan berbeda?
  • Termotivasi oleh hasil pencapaian atau berbagai risiko yang mengancam jika tidak/gagal mengerjakan?
  • Lebih senang diberitahu untuk melakukan sesuatu atau lebih senang melakukan dengan cara sendiri?
  • Dan lainnya
Apa pun cara alami individu dalam melakukan pekerjaan, selalu ada individu lain yang melakukan dengan cara berbeda. Mungkin seorang individu menganggap caranya adalah cara yang benar dan tidak menyadari sebenarnya ia hanya melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda.
Dari berbagai metaprogram yang ada, sekitar 30-40% dari populasi memiliki preferensi berada di salah satu kutub, sementara sekitar 20-30% berada di antaranya. Namun bagaimana pun juga, mayoritas individu perlu melihat gambar besarnya terlebih dahulu sebelum mereka memahami detailnya, dan sebagian besar individu sangat nyaman dengan persamaan (sedikit perbedaan) dibandingkan perbedaan yang menyolok – dan salah satu penyebab mengapa perubahan di suatu organisasi cenderung lambat.
Jika individu mengetahui modus “normal” dari tingkah laku seseorang, ia akan jauh lebih mudah memahami dan menyikapi individu tersebut dengan fleksibilitas.
Penjangkaran (Anchoring)
Anchoring terjadi secara alami ketika di suatu tempat suatu aroma, suara atau yang lainnya memunculkan kembali berbagai hal berkenaan dengan suatu pengalaman pada diri individu. Pemahaman atas berbagai fenomena alami ini dapat membantu individu untuk menghancurkan berbagai anchor negatif yang mungkin telah tertanam di dirinya (seperti rasa takut yang muncul ketika anda mendengar suara anjing, walaupun tidak melihatnya).
Metode anchoring dapat pula diaplikasikan pada proses belajar mengajar misalnya dengan menggunakan pengkodean warna untuk suatu pesan. Atau tempat yang konsisten untuk suatu hal, seperti pojokan yang tenang di mana tugas dapat diselesaikan, tempat dimana tugas dapat ditulis, dan berbagai hal lain yang ditujukan untuk meningkatkan disiplin.
Submodalities
Ketika individu memvisualisasikan sesuatu sebenarnya terdapat banyak proses terjadi pada pikirannya. Sebagian individu mungkin mendapatkan gambar yang jelas, sebagian mungkin mendapatkan gambar yang buram, namun kebanyakan individu dapat menjawab pertanyaan seperti: apakah gambarnya memiliki batas? Apakah gambarnya dalam hitam/putih? Seberapa dekatnya anda dengan gambar tersebut? Apakah anda melihat gambar tersebut dari luar (dissociated) atau apakah anda kembali mengalami pengalaman tersebut (associated). Apakah anda dapat memanipulasi gambarnya: membuatnya lebih besar/kecil, lebih jauh/dekat dan lainnya. Semua varian ini disebut sebagai submodalities. Untuk panca indra yang lain juga memiliki submodalities, seperti: untuk pendengaran, apakah suaranya menjadi lebih keras/pelan, menjadi lebih jelas/samar¸ frekuensinya lebih tinggi/rendah¸ atau yang lainnya. Memanipulasi berbagai submodalities dapat memengaruhi persepsi individu terhadap suatu pengalaman. Hal ini merupakan salah satu prinsip pada terapi yang berbasiskan NLP.
Garis Waktu (Timelines)
Konsep waktu individu dapat membawa pengaruh besar dalam hidupnya. Guna memahami hal ini, lakukan hal berikut, tutup mata dan munculkan kembali berbagai hal yang terjadi kemarin, minggu lalu atau setahun yang lalu. Secara fisik tunjuk kejadian tersebut. Lalu lakukan hal yang sama dengan tiga hal yang akan terjadi di masa depan. Melakukan hal demikian menyebabkan individu mampu mengkreasikan garis waktunya? Jika individu tidak merasa berada pada suatu garis waktunya, maka tentu ia merasa seolah hidup hanya melewatinya. Coba bergerak pada garis waktu dan ketahui apa pengaruhnya terhadap persepsi mengenai dunia.
Level Kehidupan (Logic Level)
Hal ini disebut juga sebagai level logika. Individu beroperasi lebih efisien dan merasa lebih senang jika seluruh aspek dalam hidupnya berjalan secara harmonis. Level logika tersebut adalah: lingkungan, tingkah laku, kemampuan, keyakinan, identitas, spritual. Level logika ini dikreasikan oleh Robert Dilts, yang memetakan level berpikir dan berperilaku manusia ke dalam 6 tingkatan yang saling berhubungan dan memengaruhi satu sama lain.
  1. Spiritual – menjawab pertanyaan “Untuk siapa/apa?” Apa yang kita pikirkan dan lakukan di dalam konteks tertentu, mewakili sebuah tujuan yang lebih tinggi di luar diri kita. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, ini bisa berarti Agama atau Kepercayaan. Dalam konteks organisasi, ini berarti visi dan misi organisasi sendiri.
  2. Identitas – menjawab pertanyaan “Siapa saya?” Apa visi dan misi pribadi kita sendiri dalam konteks yang kita emban. Ini erat hubungannya dengan apa yang disebut sebagai jati diri, atau gambaran identitas diri.
  3. Nilai-nilai dan keyakinan – menjawab pertanyaan “Kenapa?” Apa alasan kita memikirkan dan melakukan sesuatu di sebuah konteks. Nilai-nilai adalah apa yang penting dan yang kita cari, sedangkan keyakinan adalah apa yang kita percayai dan yakini atau simpulkan sebagai hubungan sebab-akibat atau berdasarkan peng-inderaan kita terhadap sekitar kita.
  4. Kemampuan – menjawab pertanyaan “Bagaimana?” Apa yang mampu kita lakukan di konteks tertentu. Ini menyangkut kemampuan yang sudah kita tunjukan maupun belum kita gali sepenuhnya. Seperti halnya nilai dan identitas diri, kemampuan adalah hal yang tidak terlihat jelas atau sempurna secara indera.
  5. Perilaku – menjawab pertanyaan “Apa yang dilakukan dan dipikirkan?” Ini adalah bagian yang terinderakan orang lain. Sesuatu yang kita pikirkan dan kita lakukan. Di NLP, ini tidak selalu menunjukkan kemampuan kita sebenarnya, tidak selalu mewakili nilai yang kita emban, dan tidak juga selalu menunjukkan identitas diri kita. Dan perilaku sangat tergantung dari peta realita kita masing-masing.
  6. Lingkungan – menjawab pertanyaanb “Di konteks mana?” Sekeliling kita, entah itu di konteks pekerjaan, keluarga, masyarakat, negara, dunia. Kita masing-masing menempatkan diri di sebuah konteks. Dan kelima level lainnya akan menentukan pergerakan dan efektifitas kita di konteks tersebut.
Kesimpulan
NLP memiliki banyak arti, namun pesan utamanya adalah semua individu berbeda. Beberapa dapat sangat efektif dalam melakukan suatu hal dibandingkan yang lain. Dengan mempelajari kemampuan yang dimiliki individu lain, semua individu dapat pula meningkatkan kemampuannya.
NLP mengidentifikasi posisi “normal” seorang individu – apa yang dilakukan secara alami. Dimulai dengan mencari tahu bagaimana cara kerja pikiran diri sendiri, pahami pula bagaimana pikiran individu lain dapat bekerja dengan cara berbeda, lalu aplikasikan berbagai hal tersebut dalam aktivitas keseharian dengan memperhatikan berbagai cara beda yang dilakukan individu dalam mengambil informasi, memprosesnya dan kemudian menyikapinya.
Namun harap diingat juga, ketika melihat melalui berbagai pertanyaan mengenai bagaimana cara kerja pikiran, jawabnya kemungkinan akan lebih sering “tergantung”. Tergantung pada apa yang dikerjakan, bagaimana perasaan pada saat itu, sepaham apa individu dengan subjek yang diberikan. Kebanyakan individu tidak berada pada salah satu dari kedua kutub, mereka lebih banyak berada di tengah-tengah. Walaupun individu mungkin mememiliki preferensi dan berbagai cara yang lebih membuat dirinya nyaman, individu tetap dapat bekerja dalam banyak cara yang berbeda. Kesulitan mulai muncul ketika seorang terjebak hanya pada satu cara. Utamanya pada individu yang berada pada salah satu kutub spektrum tersebut, dan mencoba berinteraksi dengan individu lain yang berada kutub yang bersebrangan.

Istilah Dalam NLP – 1

3 03 2011
Banyak istilah-istilah dalam NLP yang agak sulit diterjemahkan tanpa mengikutsertakan bahasa aslinya. Pemahaman terhadap istilah-istilah tersebut akan sangat membantu praktisi dalam menggunakannya sebagai metode dan teknik di banyak bidang, mis: terapi, kepemimpinan, komunikasi efektif dan lain sebagainya.
Motivation
Adalah suatu dorongan dari dalam diri atau rangsangan; yang lebih tepatnya adalah suatu Hasrat Hati dari suatu keinginan yang diinginkan dalam Conscious Mind-nya.
Dalam Ilmu NLP dikenal berbagai cara bagaimana seseorang mempunyai impian yang akan dicapainya, yaitu dengan cara bagaimana seseorang mempunyai Motivation untuk meraih apa yang diinginkan itu.
Melalui proses melatih Sense of Self agar menjadi Personal Mastery yang menghasilkan Personal Power (Goal-nya = mempersiapkan Diri mengapai Impiannya).
Setelah Siap Diri (Goal) nya tercapai maka orang itu membuat Outcome-nya (impian) diciptakannya Strategic Thinking Skills lengkap dengan Systemic Thinking Skills menuju Relationtional Skills.
Lalu dibuatlah Mental Block agar seseorang dapat memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang menghalangi misi menuju impiannya dengan T.O.T.E.
Setelah yakin akan Mental Block yang dapat diatasinya, maka kepastian menggapai impiannya sudah tentu pasti terwujud.
Umumnya orang mengartikan Motivation adalah sebagai suatu bentuk usaha untuk mendorong orang agar mau maju dalam mengapai impiannya dengan paksaan melalui kata-kata, “Harus begini…”, “Sebenarnya begini…”, “Begini, lho caranya…”; yang mana menjadi seperti isapan jempol belaka bahwa teori tidak sama dengan hasil prakteknya.
Limiting Belief
Tiga area yang paling umum dalam limiting beliefs /kepercayaan yang membatasi berpusat di seputar hopelessness, helplessness dan worthlessness. Tiga area belief /kepercayaan ini dapat memancarkan pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan mental dan kesehatan fisik seseorang.
Demi mencapai keberhasilan, seseorang perlu berpindah dari limiting beliefs di atas ke belief yang melibatkan harapan akan masa depan, perasaan berkemampuan (memiliki kemampuan) dan rasa tanggungjawab, dan perasaan bahwa dirinya berharga dan rasa ikut memiliki.
Jelaslah, beliefs yang paling mendalam adalah beliefs mengenai identitas kita. Beberapa contoh dari limiting belief mengenai identitas adalah: “Saya payah/tak berharga/adalah korban” “Saya tidak pantas sukses.” “Kalau saya mendapatkan sesuatu yang saya inginkan, pasti saya akan kehilangan sesuatu nantinya” “Saya tidak diijinkan menjadi sukses”
Limiting beliefs seringkali bekerja seperti sebuah “virus pikiran” dengan kemampuan merusak yang sama dengan sebuah virus komputer atau virus biologis. Sebuah “virus pikiran” adalah sebuah limiting belief yang bakal menjadi ”ramalan yang digenapi sendiri” dan menghalangi usaha dan kemampuan seseorang untuk sembuh atau memperbaiki diri. Virus-virus pikiran berisikan dugaan-dugaan yang tak terucap dan prasangka-prasangka yang membuat mereka sulit dikenali dan dibasmi.
Limiting beliefs dan virus-virus pikiran seringkali muncul bagaikan jalan buntu yang tak teratasi dalam proses perubahan. Pada jalan buntu seperti itu, seseorang akan merasa,”Saya sudah coba melakukan segalanya untuk mengubah ini dan tak ada satupun yang berhasil” Mengatasi jalan buntu secara efektif melibatkan penemuan inti limiting belief tsb, dan menahannya supaya tetap di tempat.
Kinestetik
Kinestetik adalah sebuah istilah yang dipakai di NLP untuk menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan perasaan dan sensasi tubuh. Sistem representasi kinestetik dianggap sebagai satu dari tiga dasar modalitas yang digunakan untuk membangun model-model dari dunia kita.
Dalam NLP, istilah kinestetik digunakan untuk melingkupi semua jenis dari perasaan termasuk di dalamnya perasaan sentuhan, sensasi oleh rangsangan dan perasaan dari dalam.
Orang-orang yang dasarnya berorientasi kinestetik membutuhkan gerakan dan sentuhan dalam belajar dan memahami sesuatu. Mereka belajar dengan melakukan dan berinteraksi secara fisik dengan dunia di sekelilingnya. Pembelajar-pembelajar kinestetik akan mengalami kesulitan dalam sekolah yang memiliki pengaturan tradisional karena metode standar pendidikan meletakan penekanan terbesar pada system reprentasi secara visual dan verbal. Mereka biasanya menjadi atlit dan penari yang luar biasa dikarenakan oleh kesensitifan mereka terhadap tubuh dan perasaan mereka.
Orang dengan sistem representasi kinestetik dapat terlihat tidak stabil, tidak rasional dan sensitif berlebihan bagi orang yang lebih terorientasi secara verbal dan visual.
Para individu yang memiliki sensitivitas kinestetik yang kurang berkembang dapat terlihat tak dapat menyatu dengan lingkungannya dan aneh. Mereka seringkali dikenal sebagai “dingin” oleh orang yang lebih terorientasi secara kinestetik.
Kurangnya keterhubungan dengan sistem kinestetik dapat juga membawa pada kepasifan. Seseorang yang sangat visual tapi memiliki derajat sensibilitas kinestetik yang rendah, misalnya, akan cenderung menjadi ‘’pemimpi’’ atau seorang ‘’pengamat’’. Orang yang sangat verbal tapi kurang terhubung dengan sistem kinestetik mereka akan cenderung menjadi sangat rasional, tapi dapat juga menjadi abstrak dan tidak sensitif, seperti robot atau komputer.
Seseorang yang pengalaman kisnestetiknya tidak tersentuh secara mendalam cenderung akan menjadi “tidak membumi.” Sistem representasi kinestetik sepertinya menjadi hal inti di dalam tujuannya membuat keputusan yang baik dan pemberian penilaian yang mempertimbangkan lingkungan sekelilingnya (ekologis).
Pada faktanya, yang mungkin mengejutkan bagi sebagian orang, ahli filsafat Aristotle berkeyakinan bahwa perkembangan derajat yang lebih tinggi terhadap indera kinestetik dari umat manusialah yang membedakan mereka dari binatang.
Judgement
Jika kita berbicara tentang Judgment atau Penghakiman maka kita juga berbicara tentang Meta Model. Judgment berhubungan erat dengan kategori linguistik dari “lost performative.” Kategori Meta Model dari lost performative kadangkala dianggap sebagai “kata-kata penghakiman” karena mereka mengimplikasikan bahwa sebagian bentuk dari penghakiman telah dibuat, tapi kriteria dan proses untuk menampilkan evaluasi telah dihapus atau “hilang.”
Lost Performative itu sendiri adalah sebuah kategori Meta Model yang terbentuk dari kata-kata yang mewakili penghakiman-penghakiman dan evaluasi-evaluasi. Lost performative berhubungan dengan pernyataan seperti, “Itu gila,” “Ini buruk,” “Kamu menolak.” Pada pernyataan-pernyataan ini pembicara melakukan sebuah penghakiman, tetapi mengabaikan siapa yang membuat evaluasi dan kriteria yang dipakai untuk hal itu.
Apa yang “lost/hilang” dalam lost performative adalah orang dan kriteria yang “performed/muncul” dari evaluasi yang menghasilkan penghakiman. Kita dapat mencegah lost performative dengan bertanya,”Siapa yang mengatakan itu gila, buruk atau menolak?” dan “Gila menurut siapa dan kriterianya apa?” Beberapa respon lain terhadap penilaian dapat seperti “Gila dibandingkan dengan apa?” atau,”Bagaimana kamu tahu ini gila?” atau, “Apakah Anda gila jika Anda melakukan itu?”
Internal State
Internal state seseorang memiliki hubungan dengan pengalaman psikologi dan emosional yang dialaminya pada suatu waktu tertentu. Internal state sedikit banyak memberi pengaruh dalam membuat keputusan terhadap pilihan-pilihan dari prilaku dan respon kita.
Fungsi internal state sama seperti halnya sejenis mekanisme penyaringan dari persepsi-persepsi kita dan pintu gerbang bagi sejumlah memori dan kemampuan. Internal state juga memberikan feedback atau umpan balik tentang bagaimana rangsangan dan situasi-situasi mempengaruhi kita.
Sejumlah ketrampilan dasar dan proses dari NLP telah dipersembahkan untuk mengarahkan dan mengatur internal state diri kita dan orang lain. NLP memandang kemampuan untuk mengatur internal state seseorang sebagai sebuah tanda dari kedua hal yaitu kematangan diri dan menjadi tuan atas dirinya sendiri.
Habits
Habits atau kebiasaan merupakan sebuah contoh klasik dari sebuah “neurolinguistic program.” Kebiasaan dalam berbicara dan berprilaku telah ada atau “terinstall” dengan menciptakan atau memperkuat jejak neurological tertentu yang mampu berfungsi tanpa membutuhkan perhatian sadar kita (seperti seorang aktor yang menghafalkan dialognya dalam “hati” dengan cara mengulang-ulanginya).
Kebiasaan menjadi masalah ketika kita ingin mengubahnya, dan mendapati bahwa kita perlu berjuang untuk mengambilalih “kendali” kesadaran atas tingkah laku kita. Kebiasaan yang tidak diinginkan misalnya muncul secara independen dari keinginan dan perhatian kita, dan adalah suatu tantangan yang tak mudah untuk mengubahnya.
Gustatory
Salah satu dari sumber daya manusia adalah kemampuan untuk mengecap. Dalam NLP dikenal dengan istilah gustatory. Sensasi gustatory ini berhubungan sangat erat dengan kinestetik dan olfactory. Banyak rasa dan sensasi gustatory merupakan hasil perpaduan dari bau dan perasaan atas makanan, berikut rasa dari makanan itu sendiri.
Sepanjang proses mengunyah dan menelan, bau-bauan dari sisi mulut bersentuhan dengan sensor penerima olfactory, mendatangkan banyak sensasi rasa yang biasanya dihubungkan orang dengan rasa makanan, tapi sesungguhnya hampir sepenuhnya bergantung pada indera pembau.
Bila hidung ditutup ketika makanan sedang ditelan, aliran udara bebas menuju sensor penerima olfactory menjadi tertahan, sebagai hasilnya adalah penurunan atau penghilangan persepsi rasa makanan. Seseorang yang sedang flu dan matanya ditutup, misalnya akan kesulitan dalam membedakan antara jeruk mandarin dengan jeruk sunkist.
Hubungan antara rasa dan aroma sangat dekat, faktanya pengagas awal NLP Bandler dan Grinder mengkombinasi sistem gustatory dan olfactory menjadi satu sistem perwakilan sumber daya manusia dalam “four-tuple.”
Rasa adalah sebuah saluran input yang istimewa, dilengkapi dengan karakteristik submodalitasnya sendiri. Submodlitas gustatory mencakup manis, asam, pahit dan asin. Ada juga yang disebut dengan “predikat gustatory” yaitu kata-kata yang mengacu secara spesifik pada rasa dan kwalitas rasanya. Meskipun demikian, dalam bahasa Inggris kecuali ketika digunakan untuk membuat penjelasan tentang makanan secara spesifik acuan pada “predikat gustatory” adalah dasarnya bersifat metafora, lebih mengindikasikan respon emosional daripada proses kognisi. Contohnya ungkapan seperti : “Dunia ini sungguh pahit di mulutku” memanfaatkan rasa secara lebih puitis atau perlambangan daripada makna sebenarnya. Contoh lainnya dari pribahasa berbasis gustatory : Manisnya kesuksesan, Kekalahan yang pahit, Mukanya sungguh masam.
Feedback
Feedback mengacu kepada proses yang mana merupakan hasil dari sebuah mesin, organisme atau sistem yang tidak sesuai – dikembalikan – sebagai input untuk memandu kepada hasil atau perilaku yang diharapkan. Bagian yang “dikembalikan” dari sebagian hasil proses tersebut disebut feedback.
Bagian yang “dikembalikan” tersebut dapat masuk kembali sebagai input baru untuk diproses lagi ke dalam sistem sampai menemukan hasil yang diharapkan.
Ketika sinyal feedback menguatkan sebuah trend sistem, ini dapat dikatakan “positif.” Ketika hal yang sebaliknya terjadi, ini disebut “negatif.” Feedback “positif” dibutuhkan bagian-bagian dari sebuah sistem untuk tumbuh atau peningkatan yang dapat diukur. Feedback “negatif” dibutuhkan untuk menyeimbangankan atau menstabilkan bagian-bagian dari sebuah sistem yang sibuk.
Baik feedback positif dan negatif dibutuhkan untuk pertumbuhan dan bekerjanya sistem apa saja, baik secara biologi ataupun mekanik secara efektif. Feedback, lebih jauh lagi merupakan bagian penting pada semua keahlian di dalam pembelajaran dan bagaimana memprakteknya kelak. Jadi Feedback itu berhubungan erat dengan proses belajar.
Jika feedback itu begitu penting, pertanyaannya adalah mengapa orang tidak senang diberikan feedback? Jawabannya adalah orang pun perlu belajar : KAPAN waktu yang tepat untuk memberikan feeback, BAGAIMANA memberikan feedback, dan SEBERAPA SERING feedback itu diberikan.
Environment
Secara neurologi, persepsi kita terhadap lingkungan berhubungan dengan informasi yang datang dari organ indera dan perangkat sistem saraf kita. Sebagian lingkungan dapat berupa jenis kamar, kondisi cuaca, makanan, tingkat kebisingan, dll., yang mengelilingi seseorang atau sekelompok orang.
Rangsangan dari luar seperti ini akan berpengaruh terhadap respon dan keadaan seseorang serta anggota -anggota dalam kelompok, dan perlu disadari juga bahwa hal ini merupakan bagian dari proses yang berorientasi pada tujuan. Jadi, faktor-faktor lingkungan menunjukan apa yang “diberikan” oleh eksternal, atau kekuatan dimana kita harus bereaksi. Lingkungan mengelilingi sensasi dan reaksi spontan serta berhubungan pada kata “di mana” dan “kapan” dari pengalaman kita.
Dalam teori keputusan, variabel lingkungan mengandung semua dimensi dari sebuah “celah permasalahan”, yang mana dianggap berada di luar kendali dari pelaku atau sang pemegang keputusan. Contoh klasik dari variabel lingkungan adalah cuaca. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat secara langsung kita kendalikan dan mau tidak mau harus beradaptasi dengannya. Pilihan kita terhadap baju, juga adalah sebuah variabel keputusan yang berhubungan dengan reaksi tingkah laku kita terhadap variabel-variabel lingkungan yang khusus, seperti cuaca tadi. Agar berhasil mencapai tujuan tetap hangat dan kering ketika kita keluar rumah, kita harus memperhitungkan keduanya, variabel lingkungan dan variabel keputusan.
Distorsi
Distorsi merupakan sebuah proses yang memungkinkan seorang manusia untuk menciptakan atau mengubah informasi yang ditangkap melalui inderanya untuk disesuaikan dengan apa yang menjadi sudut pandangnya. Kemungkinan dari proses ini akan membawa manfaat atau tidaknya, tergantung pada bagaimana hal ini diterapkan dalam kesehariannya.
Misalnya, kemampuan membayangkan kemungkinan yang dapat timbul dari sebuah situasi dan langkah-langkah mengatasinya, atau merubah informasi yang ditangkap melalui indera menjadi sebuah karya seni.
Atau contoh yang cukup berbeda adalah bagaimana seorang suami yang mendistorsi sebuah ekspresi isterinya lalu menyesuaikan dengan keyakinannya bahwa isterinya pasti membutuhkan sesuatu. Padahal belum tentu apa yang diyakininya adalah benar.
Behavior
Behavior adalah perilaku yang ditunjukan sebuah subjek terhadap lingkungannya. Percobaan Pavlov merupakan penjelasan dasar yang paling sering dipakai untuk mengambarkan bagaimana perilaku sebuah subjek dapat dibentuk melalui pengkondisian lingkungannya.
Beberapa aspek dari NLP memiliki kesamaan dengan terapis behavior, pengunaan anchoring adalah contoh bagaimana NLP mengunakan pengkondisian untuk mempercepat subjek masuk dalam perilaku yang diinginkan.
Afirmasi
Afirmasi dapat juga berarti menyatakan kembali. Dalam NLP, Afirmasi merupakan sebuah contoh dasar bagaimana sebuah kata-kata atau kalimat dapat digunakan untuk menciptakan, menguatkan dan mendukung terjadinya pemenuhan diri yang bermanfaat.
Afirmasi pada intinya melibatkan ketegasan verbal dan bagaimana dalam pelaksanaannya bertujuan untuk memperkuat keyakinan diri. Proses daripada afirmasi ini melibatkan pengulangan dari serangkaian pernyataan-pernyataan kepada diri sendiri ataupun orang lain.
NLP sendiri sedikitnya memiliki dua sisi pengertian. Pada sisi pertama adalah sebagai sebuah metafora untuk mendefenisikan manusia. Dan pada sisi lainnya adalah sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan yang berkembang terus.
Metafora sendiri sebetulnya merupakan sebuah afirmasi. Contohnya, caranya bertanding bagaikan singa yang terluka, tenaganya kuat bagaikan seekor gajah Afrika, dan lain sebagainya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar