Minggu, 20 Mei 2012

Berdo’a, LOA dan Bekerja : tidak saling memperlenyapkan.


lkisah seorang Guru bernama WELAS ASIH sedang memberikan wejangan kepada muridnya si NALAR PANJANG
Si murid, Nalar Panjang sedang bertanya pada gurunya Si Welas Asih :
“Guru, bukankah LOA itu sesat, karena mengajarkan meminta bukan kepada Tuhan, selain itu LOA itu juga mengajarkan untuk tanpa Action… Bagaimana ini Guru? Mohon Petunjuk! Kalau dibiarkan, ajaran LOA ini bisa menyesatkan pikiran karena menjauhkan dari Berdoa pada Tuhan dan menjauhkan orang dari Action / berusaha.
Saya mengenal seseorang yang mengaku tidak lagi percaya Tuhan setelah LOA-nya banyak terkabul… Bahaya!”
Welas Asih menjawab :
“Saya tidak tahu muridku… Saya tidak mengerti apa yang kamu bicarakan…. Yang penting kamu teeeeennnnnaaaaaaannng duuluuuuu. Rileeeks….”
Nalar Panjang menghela nafas…:
“Okeeeee, nah bukankah belajar LOA akan MEMBUAT seseorang menjadi tersesat?”
Welas Asih kembali dengan sabarnya menjawab :
“Saya tidak mengerti, bagaimana suatu konsep bisa membuat seseorang menjadi tersesat. Satahu saya, pikiran diri orang itu-lah yang membuat dirinya sendiri tersesat. Belajar Matematika tidak membuat seseorang tersesat, namun pikiran orang itu bisa menyesatkan dirinya saat kepintarannya bermatematika dipakai untuk kesesatan…
Pertanyaanmu mengenai LOA juga tidak kupahami…Kenapa LOA harus dipertentangkan dengan do’a yang maqom-nya jauh lebih tinggi, dan juga harus dipertentangkan dengan Action yang wilayah nya berbeda….”.
Nalar Panjang :
“Maksud Guru?”
Welas Asih:
“LOA yang saya pelajari tidak mengajarkan MEMINTA, tidak mengajarkan ACTION….!”
Nalar Panjang:
“Haaaah!? Apa???”
Welas Asih :
“Sebab jika kita MEMINTA, maka itu namanya bukan LOA, itu namanya BERDO’A…, dan berdo’a itu seharusnya hanya kepada Tuhan YME.”
Nalar Panjang:
“Weleh… weleh…. ! Terus?”
Welas Asih :
“Demikian juga, jika kita perlu melakukan suatu ACTION, maka itu namanya bukan LOA, itu namanya BEKERJA.”
Nalar Panjang :
“Lho jadi ketiganya berbeda-beda ranah ya?”
Welas Asih melanjutkan :
“Dalam hidup ini, agar terjadi keseimbangan maka kita perlu berdo’a kepada Tuhan, dan tentunya juga perlu bekerja…. Lha, asyiknya kita juga bisa melakukan aktivitas LOA.”
Nalar Panjang :
“Lanjutkan, belum paham Guru, kok berbeda dari penjelasan dan diskusi serta debat di luar pintu Padepokan sana?. Kok ada yang bilang bahwa LOA itu harus tetap action, kalau nggak action bisa berbahaya dan menjadikan kita hanya bermimpi di siang bolong!”
Welas Asih :
“Ya nggak papa, orang boleh saja berpendapat. Bukankah dari pendapat seseorang kita bisa ketahui Neuro Logical Levelnya? Kita bisa ketahui Behaviornya, Capabilitasnya, Belief Systemnya, dan seterusnya…Jauh lebih baik kita mensikapi perbedaan pendapat sebagai memperkaya wacana kita, bukan menghacurkan pendapat kita. Dalam perspektif sayam jika pendapat A benar tidak berarti pendapat B salah. Justru malah kita sekarang punya 2 alternatif pendapat A dan B. Asyik laaaah!”
Nalar Panjang :
“Waaah, dalem perspektifnya nih Pak Guru! Jadi dari pandangan orang yang bilang ‘harus ada action’ itu, malah kita jadi mengerti bagaimana belief sistemnya dia telah menhambat kapabilitasnya dalam mendayagunakan LOA… wuih daleeeem!”
Welas Asih :
“Saya tidak bilang begitu, itu kesimpulanmu sendiri lho ya. Karena ternyata nalarmu cukup encer…. Hehehehe…”
Nalar Panjang :
“Wah, muji atau ngeledek…., Nah, sekarang mengenai persoalan MEMINTA bagaimana? Ini khan yang membuat LOA menjadi menyesatkan… Kok diajarin meminta pada selain Tuhan seperti pada alam semesta dll. Malah ada Jin Kartubi atau Jin siapa itu…”
Welas Asih melanjutkan :
“Walah, Jin Kartubi, hahahhaha kebanyakan baca komik lama kamu…
LOA yang saya pelajari ada 3 langkah :
1. Menginginkan (Intention)
2. Menguatkan Vibrasi Positif (Vibration)
3. Memperkenankan terjadi (Allowing)
Sudah … itu saja”
Nalar Panjang :
“Lha tapi dalam Film The Secret itu kok dikatakan langkahnya lain :
1. Meminta
2. Percaya
3. Menerima
Kok beda ya?”
Welas Asih :
“Film The Secret, telah membangunkan kita akan adanya keberadaan LOA, namun sayangnya film istimewa itu juga membingungkan, karena mengajarkan LOA dengan mempersamakan prosesnya dengan berdo’a…, yakni langkah pertamanya adalah MEMINTA. Ingat kata-kata saya : berdo’a maqomnya lebih tinggi dari LOA”
Nalar Panjang:
“Kasih contoh Guru?”
Welas Asih :
“Gravitasi bumi akan selalu bekerja menarik benda menuju pusat bumi, sehingga kita bisa berdiri tegak dan kehidupan ini bisa berlangsung. Nah, jika kita sedang di puncak bukit, gravitasi tetaplah bekerja menarik kita ke bawah. Dan jika misalkan mau berjalan turun ke bawah bukit, maka gravitasi akan memudahkan kita berjalan ke bawah. Bukankah gravitasi membuat kita merasa lebih ringan dalam menuruni bukit dari pada saat menaikinya? Nah, saat turun bukit itu tentunya kita juga akan berdo’a pada Tuhan agar kita tidak jatuh atau tersesat… Ya khan? Selain itu kita juga akan bekerja keras melakukan action, misal berlari kecil, naik sepeda atau naik benda beroda lainnya…agar lebih mudah. Nah, mudah dimengerti bukan?”
Nalar Panjang :
“Oooo, jadi maksud Guru, gravitasi sebagai gaya tarik menarik akan terus bekerja siang malam tanpa henti dan TANPA PERLU DIMINTA ATAU ACTION APAPUN dari kita? Di lain pihak, kita tetap saja bisa/boleh berdo’a dan berupaya / bekerja agar tetap tercapai tujuan kita…?”
Welas Asih :
“Kamu mulai pintar dan mengerti anakkku…”
Nalar Panjang:
“Oooh, gitu…!”
Welas Asih :
“Jadi memanfaatkan LOA itu ya seperti memanfaatkan Hukum Gravitasi bumi, seperti memanfaatkan Hukum Kimia, Hukum Fisika dan Hukum Alam yang lain… Dinamakan hukum alam, karena ia berjalan sendiri dan terus menerus secara konstan, terlepas kita menyadari keberadaannya atau tidak, terlepas kita mengakui keberadaanya atau tidak.
Menggunakan hukum alam untuk kemaslahatan tidak membuat kita kafir.
Yang agak aneh dan sesat adalah kalau kita hendak memakai Hukum Gravitasi lantas kita meminta kepada Alam Semesta agar hukum gravitasi bekerja. Yang agak aneh juga adalah kita dianjurkan meminta kepada Alam Semesta agar Hukum Kekekalan Energi dalam reaksi kimia supaya bekerja. Atau malah kita memintanya bukan pada alam semesta tapi pada Gravitasi itu sendiri….. Itulah yang sesat….. Hahaha….
Ingat Hukum alam itu tetap bekerja sekalipun tanpa diminta, sekalipun tanpa disetujui kita, sekalipun tanpa diketahui kita. Demikian pula Hukum Tarik Menarik (LOA)….
Dan ingat, sekalipun dinamakan Hukum Alam, sebenarnya itu adalah ciptaan Yang Maha Kuasa…”
Nalar Panjang :
“Iiiih, jadi film The Secret dan pandangan orang-orang tentang Meminta itu kok sekarang jadi kedengarannya terlihat jadi aneh rasanya ya bagi saya?”
Welas Asih :
“Itulah manusia, suka memperdebatkan sesuatu hanya dari akal saja, namun kurang praktek. Dialog hari ini antara saya denganmu inipun juga bukan saya maksudkan sebagai pancingan untuk berdiskusi ataupun berdebat dengan siapapun. Sebab semuanya tentunya punya pendapat…, yang tentunya berangkat dari niat baik. Pendapat orang saya hargai, sedemikian saya hargainya sampai-sampai saya tidak ingin mendebatnya kembali. Sebab perbedaan pendapat dari orang lain hanya akan memperkaya saya dengan bertambah satu alternatif pandangan baru lagi. Dan mendengar pendapat yang berbeda tidak akan saya lihat dan rasakan sebagai mempersalahkan pendapat saya sendiri…”
Nalar Panjang :
“Terus kelanjutan penjelasan tentang LOA bagaimana?”
Welas Asih :
“Pandangan saya mengenai LOA ini adalah sharing dari apa yang saya pelajari dan saya alami dari kehidupan. Terlepas dari berd’oa ataupun tidak…, terlepas ber-action ataupun tidak… LOA sebagai gaya tarik menarik tetaplah berjalan.. sesuai perintah Pencipta apapun di dunia ini, yakni Yang Maha Kuasa. Nah tentunya sebagai ummat dan ciptaan, maka kita perlu BERDOA kepada Yang Maha Kuasa agar LOA selalu bekerja pada kita untuk hal-hal yang baik saja… Nah saat kita lupa berdo’a dan kemudian kita mendapati LOA bekerja, jangan lantas centang perenang dengan mengatakan bahwa sudah tidak perlu berdo’a lagi… Gitu aja kok jumawa..!”
Nalar Panjang :
“Semakin jelas Guru…, boleh dipaparkan lebih jauh?”
Welas Asih :
“Nah kamu ini, memang sukanya minta penjelasan saja, praktek sana! Lakukan ini itu, praktekkan, perbaiki jika keliru. Hindari sikap mudah menyalahkan jika belum berhasil. Hindari pula menularkan pesimisme dan pikiran pendek pada orang lain sehingga terimbas oleh penalasan panjang. Tentunya ada sebabnya orang tuamu memberimu nama Nalar Panjang…”
Nalar Panjang :
‘Ya Guru, mohon bimbingan lebih jauh”
Welas Asih :
“Baik, saya berikan saja suatu kiasan metaforik : … Belajar naik sepeda motor tidak membuat seseorang harus menjauhkan diri dari sepeda kayuh dan tidak membuat naik sepeda kayuh itu sebagai sesuatu yang salah / keliru. Demikian pula saat belajar naik mobil, tidak lantas membuat kita harus menjauhkan diri dari sepeda motor dan merasa bahwa naik sepeda motor itu salah.
Mobil, sepeda motor, dan sepeda kayuh bukan 3 hal yang saling menghilangkan dan saling menggantikan keberadaanya. Di mata saya ketiga hal tersebut memperkaya saya untuk MENCAPAI TUJUAN. Saat mengenal sepeda motor, saya menjadi memiliki 1 pilihan alternatif untuk mencapai tujuan.
Saat mampu mengendarai mobil, saya lantas memiliki 3 CARA untuk mencapai tujuan.
Jadi alih-alih kita mempertentangkan ketiga hal itu, dalam kemasan pertanyaan “mana yang benar dan mana yang salah…?”
Bukankah sikap kita lebih baik berubah menjadi : ‘Waaaaah, sekarang saya diperkaya dengan 3 teknik untuk mencapai tujuan…’.”
Nalar Panjang :
“Paham Guru, saya paham… Bukahkan contoh di atas, hanyalah metafor kecil dan metafor bukanlah kebenaran itu sendiri. Metafor hanya cara alternatif untuk menjelaskan sesuatu secara perumpamaan…. Saya pernah mengenal orang yang malah mempertentangkan metafor saya, lha padahal metaforik hanyalah kiasan untuk mepermudah pemahaman…. Ini mirip yang Guru pernah ajarkan dengan istilah JARI MENUNJUK BULAN, Jari tangan kita itu bukanlah Bulan itu sendiri!”
Welas Asih sambil manggut-manggut menutup ujarannya:
“Baikkkk, jadi sekarang dengan mudah kamu mengerti bahwa “Berdo’a”, “LOA”,dan “Bekerja/Action”, bukan 3 hal yang perlu dipertentangkan, diperdebatkan mana yang paling benar. Kita tetap saja berdo’a, tetap saja bekerja, dan tetap boleh saja memanfaatkan LOA.
Sebab ketiganya bukan saling menggantikan dan saling mempersalahkan. Ketiganya adalah alternatif mencapai tujuan. Keberadaan yang satu bukan untuk memperlenyapkan yang lain…
Jadi kalau sekarang misalkan kamu memanfaatkan LOA dan berhasil, tidak lantas perlu berpikir bahwa Do’a itu tidak perlu. Tidak lantas berpikir bahwa Action tidak perlu. Lakukan saja ketiganya, Berdo’a Ber-LOA dan Ber-Action. Melakukan salah satu saja juga boleh…, dicoba saja…
Eh, stop dulu, jangan ngeloyor…., tentunya dengan mudah kamu juga mengerti.
Semua fenomena dan kejadian di dunia ini hanya terjadi karena KEHENDAK TUHAN YME.”
Nalar Panjang membathin:
“Oooh, rupanya begitu…, saya pikir tadinya…..”
SALAM BERKELIMPAHAN
Jika terjadi kemiripan Kisah di atas dengan peristiwa tertentu atau orang tertentu, adalah tidak disengaja..

sumber : http://ronnyfr.com/index.php/berdoa-loa-dan-bekerja-tidak-saling-memperlenyapkan/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar